Rabu, 22 Juni 2011

32 Cara Berbakti kepada Orangtua


Penulis: Fajar Isnan Arifudin

  1. Berbicaralah kamu kepada kedua orang tuamu dengan adab dan  janganlah mengucapkan “Ah”      kepada mereka, jangan hardik mereka, berucaplah kepada mereka dengan ucapan yang mulia.
  2. Selalu taati mereka berdua di dalam perkara selain maksiat, dan tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam bermaksiat kepada sang Khalik.
  3. Lemah lembutlah kepada kedua orangtuamu, janganlah bermuka masam serta memandang mereka dengan pandangan yang sinis.
  4. Jagalah nama baik, kemuliaan, serta harta mereka. Janganlah engkau mengambil sesuatu tanpa seizin mereka.
  5. Kerjakanlah perkara-perkara yang dapat meringankan beban mereka meskipun tanpa diperintah. Seperti melayani mereka, belanja ke warung, dan pekerjaan rumah lainnya, serta bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu.
  6. Bermusyawarahlah dengan mereka berdua dalam seluruh kegiatanmu. Dan berikanlah alasan jika engkau terpaksa menyelisihi pendapat mereka.
  7. Penuhi panggilan mereka dengan segera dan disertai wajah yang berseri dan menjawab, “Ya ibu, ya ayah”.
  8. Muliakan teman serta kerabat mereka ketika kedua orang tuamu masih hidup, begitu pula setelah mereka telah wafat.
  9. Janganlah engkau bantah dan engkau salahkan mereka berdua. Santun dan beradablah ketika menjelaskan yang benar kepada mereka.
  10. Janganlah berbuat kasar kepada mereka berdua, jangan pula engkau angkat suaramu kepada mereka. Diamlah ketika mereka sedang berbicara, beradablah ketika bersama mereka. Janganlah engkau berteriak kepada salah seorang saudaramu sebagai bentuk penghormatan kepada mereka berdua.
  11. Bersegeralah menemui keduanya jika mereka mengunjungimu, dan ciumlah kepala mereka.
  12. Bantulah ibumu di rumah. Dan jangan pula engkau menunda membantu pekerjaan ibumu.
  13. Janganlah engkau pergi jika mereka berdua tidak mengizinkan meskipun itu untuk perkara yang penting. Apabila kondisinya darurat maka berikanlah alasan ini kepada mereka dan janganlah putus komunikasi dengan mereka.
  14. Janganlah masuk menemui mereka tanpa izin terlebih dahulu, apalagi di waktu tidur dan istirahat mereka.
  15. Jika engkau kecanduan merokok, maka janganlah merokok di hadapan mereka.
  16. Jangan makan dulu sebelum mereka makan, muliakanlah mereka dalam (menyajikan) makanan dan minuman.
  17. Janganlah engkau berdusta kepada mereka dan jangan mencela mereka jika mereka mengerjakan perbuatan yang tidak engkau sukai.
  18. Jangan engkau utamakan istri dan anakmu di atas mereka. Mintalah keridhaan mereka berdua sebelum melakukan sesuatu karena ridha Allah tergantung ridha orang tua. Begitu juga kemurkaan Allah tergantung kemurkaan mereka berdua.
  19. Jangan engkau duduk di tempat yang lebih tinggi dari mereka. Jangan engkau julurkan kakimu di hadapan mereka karena sombong.
  20. Jangan engkau menyombongkan kedudukanmu di hadapan bapakmu meskipun engkau seorang pejabat besar. Hati-hati, jangan sampai engkau mengingkari kebaikan-kebaikan mereka berdua atau menyakiti mereka walaupun dengan hanya satu kalimat.
  21. Jangan pelit dalam memberikan nafkah kepada kedua orang tua sampai mereka mengeluh. Ini merupakan aib bagimu. Engkau juga akan melihat ini terjadi pada anakmu. Sebagaimana engkau memperlakukan orang tuamu, begitu pula engkau akan diperlakukan sebagai orang tua.
  22. Banyaklah berkunjung kepada kedua orang tua, dan persembahkan hadiah bagi mereka. Berterimakasihlah atas perawatan mereka serta atas kesulitan yang mereka hadapi. Hendaknya engkau mengambil pelajaran dari kesulitanmu serta deritamu ketika mendidik anak-anakmu.
  23. Orang yang paling berhak untuk dimuliakan adalah ibumu, kemudian bapakmu. Dan ketahuilah bahwa surga itu di telapak kaki ibu-ibu kalian.
  24. Berhati-hati dari durhaka kepada kedua orang tua serta dari kemurkaan mereka. Engkau akan celaka dunia akhirat. Anak-anakmu nanti akan memperlakukanmu sama seperti engkau memperlakukan kedua orangtuamu.
  25. Jika engkau meminta sesuatu kepada kedua orang tuamu, mintalah dengan lembut dan berterima kasihlah jika mereka memberikannya. Dan maafkanlah mereka jika mereka tidak memberimu. Janganlah banyak meminta kepada mereka karena hal itu akan memberatkan mereka berdua.
  26. Jika engkau mampu mencukupi rezeki mereka maka cukupilah, dan bahagiakanlah kedua orangtuamu.
  27. Sesungguhnya orang tuamu punya hak atas dirimu. Begitu pula pasanganmu (suami/istri) memiliki hak atas dirimu. Maka penuhilah haknya masing-masing. Berusahalah untuk menyatukan hak tersebut apabila saling berbenturan. Berikanlah hadiah bagi tiap-tiap pihak secara diam-diam.
  28. Jika kedua orang tuamu bermusuhan dengan istrimu maka jadilah engkau sebagai penengah. Dan pahamkan kepada istrimu bahwa engkau berada di pihaknya jika dia benar, namun engkau terpaksa melakukannya karena menginginkan ridha kedua orang tuamu.
  29. Jika engkau berselisih dengan kedua orang tuamu di dalam masalahpernikahan atau perceraian, maka hendaknya kalian berhukum kepada syari’at karena syari’atlah sebaik-baiknya pertolongan bagi kalian.
  30. Doa kedua orang itu mustajab, baik dalam kebaikan maupun doa kejelekan.
    Maka berhati-hatilah dari doa kejelekan mereka atas dirimu.
  31. Beradablah yang baik kepada orang-orang. Siapa yang mencela orang lain maka orang tersebut akan kembali mencelanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela kedua orang tuanya dengan cara dia mencela bapaknya orang lain, maka orang tersebut balas mencela bapaknya. Dia mencela ibu seseorang, maka orang tersebut balas mencela ibunya.” (Muttafaqun ‘alaihi).
  32. Kunjungilah mereka disaat mereka hidup dan ziarahilah ketika mereka telah wafat. Banyaklah berdoa bagi mereka berdua dengan mengucapkan,“Wahai Rabb-ku ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Waha Rabb-ku, rahmatilah mereka berdua sebagaimana mereka telah merawatku ketika kecil”.

Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :
1)   Mendo’akannya.
2)  Menshalatkan ketika orang tua meninggal.
3)  Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
4)  Membayarkan hutang-hutangnya.
5)  Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
6)  Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.

Cara Berbakti Kepada Orang Tua


Bentuk-Bentuk Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Adalah :
Pertama.
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.
Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis” [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Kedua.
Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ‘ah’ apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya ‘udzubillah.
Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.
Ketiga.
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.
Keempat.
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Al-Baqarah ayat 215.
“Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui”
Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut.
“Artinya : Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]
Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
Kelima.
Mendo’akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum’at dan di tempat-tempat dikabulkannya do’a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Senin, 13 Juni 2011

KEAJAIBAN AL QUR’AN

Sisi keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala:
"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Al Qur'an, 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah.
Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan hanyalah salah satu di antara sekian hikmah yang terkandung dalam Al Qur'an. Ini juga merupakan bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, Yang pengetahuan-Nya tak terbatas. Kekalahan Bizantium merupakan salah satu berita tentang peristiwa masa depan, yang juga disertai informasi lain yang tak mungkin dapat diketahui oleh masyarakat di zaman itu. Yang paling menarik tentang peristiwa bersejarah ini, yang akan diulas lebih dalam dalam halaman-halaman berikutnya, adalah bahwa pasukan Romawi dikalahkan di wilayah terendah di muka bumi. Ini menarik sebab "titik terendah" disebut secara khusus dalam ayat yang memuat kisah ini. Dengan teknologi yang ada pada masa itu, sungguh mustahil untuk dapat melakukan pengukuran serta penentuan titik terendah pada permukaan bumi. Ini adalah berita dari Allah yang diturunkan untuk umat manusia, Dialah Yang Maha Mengetahui.
Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di bumi".
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.

Sabtu, 11 Juni 2011

Arti Bulan Ramadhan

UNTUK dapat memahami arti bulan Ramadhan, kita bisa menelusuri dari berbagai sebutan yang melekat pada bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan juga dikenal dengan banyak sebutan nama. Semua nama ini menunjukkan tentang makna dari bulan Ramadan. Di antara berbagai nama yang sering digunakan untuk menyebut bulan Ramadan        adalah:

1. Syahrut-Tarbiyah (Bulan Pendidikan) : Bulan Ramadhan disebut dengan syahrut Tarbiyah atau bulan pendidikan, karena pada bulan ini kita dididik langsung oleh Allah swt. Seperti makan pada waktunya sehingga kesehatan kita terjaga. Atau kita diajarkan oleh Allah swt supaya bisa mengatur waktu dalam kehidupan kita. Kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah. Kita juga dididik untuk        biasa bersabar dengan menahan lapar dan haus.

2. Syahrul Jihad (Bulan Bersungguh-sungguh dan Berjuang) : Pada masa Rasulullah justru peperangan banyak terjadi pada bulan Ramadhan dan itu semua dimenangkan kaum muslimin. Yang paling penting untuk kita sekarang pada bulan Ramadhan adalah kita berjihad melawan hawa nafsu sendiri, sehingga kita tetap bersungguh-sungguh menjalan aktifitas kita.Kita dituntut untuk terus mampu melawan hawa nafsu kita yang akan menjerumuskan          kita    dalam          kemaksiatan dan kehinaan.

3. Syahrul Qur’an (Bulan Alquran) : Alquran pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan dan pada bulan ini kita dianjurkan untuk banyak membaca dan mengkaji kandungan Alquran, sehingga kita paham dan mengerti tentang aturan Allah yang terkandung di dalamnya. Dengan membaca Alquran di bulan Ramadhan, kita akan mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT.

4. Syahrul Ukhuwah (Bulan Persaudaraan) : Pada bulan ini kita merasakan sekali ukhuwah di antara kaum muslimin terjalin sangat erat dengan selalu berinteraksi di masjid atau musalla untuk melakkukan sholat berjamaah. Dan di antara tetangga juga saling mengantarkan makanan untuk berbuka sehingga antara kaum muslimin terasa sekali kebersamaan dan kesatuan kita. Kita harus memanfaatkan bulan Ramadhan ini untuk memperbanyak silaturahmi dalam rangka meningkatkan persaudaraan.

5. Syahrul Ibadah (Bulan Ibadah) : Bulan Ramadhan disebut juga dengan bulan ibadah karena pada bulan ini kita banyak sekali melakukan ibadah-ibadah sunnah disamping ibadah wajib seperti shalat sunnat dhuha, rawatib dan tarawih ataupun qiyamullail serta tadarusan Alquran. Bahkan kitapun harus meniatkan bahwa bekerja mencari nafkah juga adalah ibadah. Termasuk dalam ibadah kita adalah bersungguh-sungguh dalam membangun dan memperbaiki kehidupan   bangsa.

6. Syahrul Muwasah (Bulan Menolong) : Bulan Ramadhan disebut dengan bulan memberi pertolongan, karena pada bulan ini kita dianjurkan untuk banyak memberi sedekah kepada orang-orang yang tidak mampu. Pada bulan ini kita dianjurkan untuk banyak memberi makanan berbuka kepada orang-orang yang sedang berpuasa, khususnya untuk orang-orang miskin. Pada akhir bulan Ramadhan pun kita diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah sebagai penyempurna puasa Ramadhan kita. Menolong orang yang sedang mengalami kesulitan di bulan Ramadhan ini memiliki nilai pahala yang  tinggi.

Ramadan: Kursus Kepribadian untuk Remaja






Berpuasa selama bulan Ramadan punya konsekuensi, bahwa kita akan mengalami pembentukan pribadi yang taat dalam beragama, sekaligus pribadi yang tangguh dan toleran dalam pergaulan.
Bulan Ramadan baru akan menyapa.Akan tetapi suasana kehidupan di Indonesia seakan telah tersulap pelanpelan. Terdengar ceramah tentang keutamaan puasa dimana- mana.Di masjid,di sekolah, di kampus,di kantor,bahkan di lapangan terbuka. Wajah tayangan televisi ikutikutan berubah menjadi relijius: sinetron-sinetron yang biasanya mengumbar kisah perselingkuhan jadi berkisah soal pertaubatan, artis- artis yang biasa pakai baju terbuka jadi pakai kerudung. Jam kantor atau jam sekolah pun dipotong jadi lebih pendek.
Semua kesemarakan itu tak lain sebuah cerminan bahwa umat Islam di Indonesia senantiasa sudah mengambil posisi start untuk melesat dengan lebih banyak aktivitas ibadah dalam mengisi bulan suci ini. Ramadan memang sangat istimewa. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Rasulullah SAW berkata bahwa bulan Ramadan adalah bulan keberkahan dimana Allah SWT mengunjungi manusia dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa.Tentunya,hal itu merupakan motivasi yang sangat besar dalam mengatasi alasan apa pun yang dapat menjadi hambatan dalam pembentukan pribadi yang taat dalam beragama.
Selama sebulan kita belajar untuk mengerti haus dan lapar,bukan sekadar dalam arti harfiah melainkan menyelami dasar filosofinya sebagai upaya mendisiplinkan diri untuk menaati segala perintah dan menjauhi larangan agama. Berangkat dari latihan fisik ini kita menuju pada kemampuan untuk menahan hawa nafsu dengan menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat dan mengurangi hikmah puasa. Kita pun akan berlatih untuk tidak menuruti nafsu gila belanja, menonton hal-hal yang tidak pantas, marah-marah dengan mengeluarkan sumpah serapah. Dengan demikian maka kita pun mengalami proses pembentukan pribadi yang terkontrol dan mawas diri. Mawas diri bagi remaja merupakan kunci ukuran kacamata paradigma untuk melihat segala aspek kehidupan.
Ukuran kaca mata inilah yang bisa menciptakan keterbatasan- keterbatasan sehingga kita larut dalam kesedihan, rasa rendah diri, bahkan keputusasaan menjalani hidup. Sebaliknya, ukuran kaca mata yang baik justru kan menumbuhkan keyakinan untuk sukses dan membakar gelora perjuangan meraih kesuksesan itu. Proses pembentukan pribadi yang mawas diri di bulan Ramadan akan semakin mengkristalkan keyakinan meraih sukses karena bulan Ramadan juga menjadi momentum yang sangat tepat buat mengevaluasi diri.
Merenungkan langkah-langkah yang selama ini telah kita tempuh. Terlebih lagi jika evaluasi diri ini dibarengi dengan banyaknya panjatan doa yang pada bulan penuh rahmat ini niscaya akan dikabulkan oleh Allah. Maka kita pun mempertajam mata hati sekaligus “mengepaskan”ukuran kaca mata paradigma sehingga kita bisa “terlahir kembali” sebagai sosok yang lebih baik. Semakin gaul Bulan puasa bukan cuma punya aspek transendental membentuk kita sebagai remaja yang semakin taat beragama.Lebih penting lagi, bulan puasa pun punya aspek kemanusiaan.
Selama menjalankan ibadah dalam waktu sebulan ini juga menempa pribadi kita biar makin kuat sebagai pribadi sekaligus tangguh dalam pergaulan. Selama Ramadan, pastinya tidak semua orang di sekeliling kita menjalankan ibadah puasa. Beberapa teman yang berbeda keyakinan akan tetap memiliki hak seutuhnya untuk makan dan minum di siang hari.Hmm, ini bisa jadi godaan yang sangat besar. Melihat es jeruk di tengah hari pasti akan menggedor rasa dahaga meskipun pada hari-hari biasa minuman itu sama sekali tidak menggugah selera.
Tapi inilah latihan kita untuk menjadi remaja yang lebih beretika.Selain menguatkan iman, tetap menghormati temanteman yang tidak berpuasa membentuk watak kita akan menjadi lebih toleran dalam pergaulan. Lagi pula,menikmati minuman segar di kala beduk Magrib berbunyi pasti akan lebih nikmat, kan? Selain makan dan minum, selama puasa yang wajib pula ditahan adalah rasa marah. Agak susah sih memang,menahan rasa dongkol yang tidak diungkapkan. Namun setiap kali rasa kecewa datang, sebaiknya buru-buru kita mengatur nafas supaya lebih rileks.
Mengungkapkan perasaan memang melegakan, tapi harus pintar-pintar mengungkapkannya. Jangan sampai perasaan negatif yang kita ungkapkan justru menyulut pertengkaran atau malah merusak hubungan pertemanan. Sekalipun jengkel sampai ke leher, sebaiknya gaya bicara kita tetap cool.Dengan begitu,bisa jadi lawan bicara kita malah simpatik dan luluh. Latihan lain yang membentuk kita menjadi remaja yang lebih gaul adalah bagaimana selama puasa kita selalu menahan diri dari gossip. Dunia remaja memang dunia yang penuh cerita, tapi ceritacerita yang positif tentu akan lebih bermanfaat.
Daya tahan untuk tidak menggosip nantinya juga akan membiasakan otak bekerja secara positif. Jika kita selalu berpikir dan berbicara dari perspektif positif, tentu kita akan jadi orang yang easy going memandang masalah.Remaja yang tidak suntuk larut dalam masalah pasti akan terlihat periang dan asyik.Kalau sudah begini akan semakin banyak orang yang senang berteman dengan kita. Sebab,mana ada teman yang tidak suka dengan orang yang selalu bicara dari sisi baik dan melahirkan optimisme.Jadi,puasa di bulan Ramadan semacam kursus kepribadian buat kita para remaja.
Tidak cuma berisi pelajaran-pelajaran yang masuk dalam kurikulum doktrin keagamaan semata,ia bisa pula masuk ke dalam kontekstual dan dunia pergaulan. Dengan ini kita jadi bisa lebih leluasa bahwa sebagai remaja mampu bergerak maju menjadi pribadi yang berkualitas dalam beragama maupun bergaul. Mengutip omongan Sean Covey dalam buku best seller dunia- nya, The 7 Habits of Highly Effective Teens “Kalau kamu bisa membayangkan, Allah menghendaki kamu menjadi orang seperti apa,maka kamu akan bangkit dan takkan pernah sama lagi”.
Maka kembali pada bulan Ramadan ini kita kembali pada titik nol,saat yang sangat pas buat kita bangkit untuk terlahir kembali menjadi remaja yang lebih berkualitas.

Jumat, 10 Juni 2011

10 Kiat agar dapat sabar



Ketika sabar diperintahkan Allah kepada kita semua, maka Diapun adakan sebab-sebab yang membantu dan memudahkan seseorang untuk sabar. Demikian juga tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kecuali membantu dan mengadakan sebab-sebab yang memudahkan dan membantu pelaksanaannya sebagaimana Ia tidak mentaqdirkan adanya penyakit kecuali menetapkan obatnya.
Sabar walaupun sulit dan tidak disukai jiwa, apalagi bila disebabkan kelakuan dan tindakan orang lain. Akan tetapi kesabaran harus ada dan diwujudkan. Ada beberapa kiat yang dapat membantu kita dalam bersabar dengan ketiga jenisnya, diantaranya:
1. Mengetahui tabiat kehidupan dunia dan kesulitan dan kesusahan yang ada di sana, sebab manusia memang diciptakan berada dalam susah payah, sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (QS. 90:4)
2. Beriman bahwa dunia seluruhnya adalah milik Allah dan Dia memberinya kepada orang yang Dia sukai dan menahannya dari orang yang disukaiNya juga.
3. Mengetahui besarnya balasan dan pahala atas kesabaran tersebut. Diantaranya:
Ø Mendapatkan pertolongan Allah, sebagaimana firmanNya:
Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. 2:249)
Ø Mendapatkan sholawat, rahmat dan petunjuk Allah, sebagaimana firmanNya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 2:155-157)
Ø Sabar adalah kunci kesuksesan seorang hamba, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmanNya:
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS. 3:200).
Yakin dan percaya akan mendapatkan pemecahan dan kemudahan sebab Allah telah menjadikan dua kemudahan dalam satu kesulitan sebagai rahmat dariNya. Inilah yang difirmankan Allah:
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. 94:5-6)
Ø Memohon pertolongan kepada Allah dan berlindung kepadaNya, karena Allah satu-satunya yang dapat memberikan kemudahan dan kesabaran.
Beriman kepada ketetapan dan takdir Allah dengan meyakini semuanya yang terjadi sudah merupakan suratan takdir. Sehingga dapat bersabar menghadapi musibah yang ada.
4. Ikhlas dan mengharapkan keridhoan Allah dalam bersabar. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya:
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (QS.Al Ra’d 13:22)
Mengetahui kebaikan dan manfaat yang ada dalam perintah dan keburukan yang ada dalam larangan. Ibnul Qayyim menyatakan:
Apabila seorang mengetahui kebaikan yang ada pada amalan yang diperintahkan dan akibat buruk dan kejelekan yang ada pada amalan yang dilarang sebagaimana mestinya. Kemudian ditambah dengan tekad kuat dan motivasi tinggi serta harga diri maka insya Allah akan dapat bersabar dan semua kesulitan dan kesusahan menjadi mudah baginya.
Menguatkan faktor pendukung agama dalam setiap kali menghadapi perintah, larangan dan musibah yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan empat perkara:
  1. Mengagungkan Allah yang Maha Mendengar dan Meilhat. Seorang yang senantiasa ada di hatinya pengagungan terhadap Allah, tentunya dapat bersabar dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Bagaimana Dzat yang maha agung dimaksiati padahal Dia maha melihat dan mendengar?
  2. Menumbuhkan rasa cinta kepada Allah, sehingga ia melaksanakan perintah dan meninggalkan kemaksiatan karena mencintai Allah. Demikian juga akan bersabar atas ujian kekasihnya. Hal ini disebabkan orang yang mencintai tentu akan menaati kekasihnya dan tidak ingin dimurkai serta dapat menahan diri atas semua ujian yang diberikan kepadanya.
  3. Menampakkan dan mengingat nikmat dan kebaikan Allah, sebab orang yang mulia tidak akan membalas kebaikan orang lain dengan kejelekan. Oleh karena itu mengingat nikmat dan karunia Allah dapat mencegah seseorang dari bermaksiat karena malu denganNya dan memotivasi melaksanakan perintahNya serta merasa semua musibah yang menimpanya merupakan kebaikan yang Allah karuniakan kepadanya.
  4. Mengingat kemarahan, kemurkaan dan balasan Allah, karena Allah akan marah bila hambaNya dan bila murka tidak ada seorangpun yang dapat menahan amarahNya. Sehingga dengan melihat sepuluh kiat dari kiat-kiat bersabar dalam tiga jenis kesabaran ini, mudah-mudahan dapat menjadikan diri kita termasuk orang-orang yang bersabar.